makalah TEKNOLOGI SISTEM PELUMASAN DALAM BIDANG TEKNIK MESIN

TEKNOLOGI SISTEM PELUMASAN DALAM BIDANG TEKNIK MESIN





REVISI MAKALAH





OLEH

ANGGIT APRIONO PUTRA
NIM 160511609228

CHOIRUL RIZAL RIFALDI          
NIM 160511609234

FAJAR PURNOMO AJI
NIM 160511609236












UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
OKTOBER 2017






KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi banyak nikmat dan karunia sehingga sampai saat ini penulis masih dalam keadaan sehat wal‘afiyat. Sholawat dan salam tetap tetap tercurahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW yang senantiasa menjadi suri tauladan penulis hingga saat ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak termasuk Bapak Putut Murdanto selaku Dosen pembimbing mata kuliah Pengetahuan Dasar Teknik sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Teknologi Sistem Pelumasan Dalam Bidang Teknik Mesin dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Harapan penulis semoga Makalah ini dapat menjadi informasi dan bahan referensi bagi pembaca.
Akhir kata, apabila ada tata tulis, bahasa, dan penyusunan yang kurang berkenan penulis mohon maaf, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik para pembaca yang bersifat membangun.



Malang, 9 Oktober 2017


Penulis           










DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3  Tujuan........................................................................................................ 1
1.4  Manfaat..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Bahan Pelumas........................................................................ 3
2.2  Fungsi Bahan Pelumas.............................................................................. 3
2.3  Jenis Dan Penggunaan Minyak Pelumas................................................... 4
2.4  Macam-Macam Gesekan Pada Sistem Pelumasan.................................... 5
2.5  Bahan Pelumas Mineral............................................................................. 7
2.6  Pengolahan Mineral Oil............................................................................. 8
2.7  Sifat dan Karakteristik Minyak Pelumas................................................... 10
2.8   Kerja Minyak Pelumas............................................................................. 14

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan................................................................................................ 17
3.2  Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 18

LAMPIRAN......................................................................................................... 19









DAFTAR GAMBAR
Gambar                                                                                                        Halaman
2.1 Contoh Gesekan Kering.................................................................................. 5
2.2 Contoh Gesekan Setengah Kering.................................................................. 6
2.3 Contoh Gesekan Cair...................................................................................... 7
2.4 Contoh Ekplorasi Minyak Bumi...................................................................... 8
2.5 Penyulingan Minyak Bumi.............................................................................. 9
2.6 Komponen Pelumasan Mesin Mobil................................................................ 14
2.7 Komponen Mesin Bubut.................................................................................. 16


















DAFTAR TABEL
Tabel                                                                                                          Halaman
2.1 Jenis-Jenis Zat Aditif Bahan Pelumas............................................................. 10
2.2 Viskositas Menurut Grade SAE...................................................................... 11
2.3 Viskositas Mesin Bensin Menurut Grade API................................................ 11
2.4 Viskositas Mesin Diesel Menurut Grade API................................................. 12






BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Dalam dunia permesinan hampir komponen bekerja secara mekanik dan saling bersinggungan satu sama lain. Hal ini yang membuat keberadaan minyak pelumas menjadi bagian penting dari dunia permesinan. Sistem pelumasan pertama kali digunakan di Mesir sekitar 4000 tahun yang lalu yaitu ketika orang melumasi jalan saat menyeret patung batu yang berat, selain itu pelumas dari lemak binatang pertama kali pada gerobak untuk pertama kali hingga abad 19 dan bersamaan dengan munculnya industri minyak bumi untuk pertama kalinya (Sukirno, 2010).
            Pelumasan pada era sekarang didesain untuk mengurangi tingkat keausan pada alat yang saling bersinggungan sehingga dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Jenis minyak pelumas pun semakin berkembang dan disesuaikan dengan kebutuhan pada dunia permesinan, mulai dari minyak pelumas nabati, mineral, hingga sintetik. Semua perbedaan jenis minyak pelumas ini memiliki tujuan yang sama yaitu memaksimalkan kerja mesin yang saling bergesekan serta mengurangi tingkat keausan komponen.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan fungsi dari minyak pelumas ?
2.      Apa jenis-jenis pelumas berdasarkan bahan bakunya ?
3.      Apa jenis-jenis gesekan dalam teknologi permesinan ?
4.      Bagaimana bahan dasar dan cara pengolahan minyak pelumas mineral ?
5.      Jelaskan sifat dan karakteristik minyak pelumas diberbagai cuaca!
6.      Bagaimana klasifikasi minyak pelumas dalam satuan SAE dan API ?


1.3 Tujuan
            Untuk memberi pemahaman tentang minya pelumas dan jenis minyak pelumas yang sesuai dengan kebutuhan serta untuk memenuhi tugas makalah Pengetahuan Bahan Teknik.


1.4 Manfaat
            Memberi penjelasan tentang minyak pelumas secara umum kepada pembaca serta menambah pengetahuan tentang fungsi minyak pelumas agar pembaca mengerti tentang kesesuaian minyak pelumas dengan komponen yang akan dilumasi.


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Bahan Pelumas
Pelumas adalah zat cair yang digunakan sebagai pelumas dalam suatu mesin untuk diberikan di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek, mengurangi keausan akibat gesekan, dan sebagai pendingin serta peredam suara, akan tetapi suhu yang tinggi pada mesin akan merusak daya lumas. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat tambahan. Apabila daya lumas berkurang, maka gesekan terhadap benda akan menimbulkan panas yang semakin banyak sehingga suhu terus meningkat.

2.2 Fungsi Bahan Pelumas
Menurut Arisandi, dkk, minyak pelumas memiliki fungsi yang sangat penting dalam bidnag permesinan, tidak hanya berfungsi untuk melumasi komponen mesin namun memiliki fungsi-fungsi lain sebagai berikut:
1.    Memperkecil Koefisien Gese
     Minyak Pelumas memiliki fungsi untuk meminimalisir terjadinya gesekan dengan cara melumasi bagian benda yang saling bersinggungan sehingga membentuk oil fim di antara dua benda tersebut sehingga tidak ada gesekan atau kontak secara langsung.
2.    Pendingin
     Minyak pelumas juga berungsi sebagai pendingin terhadap panas yang dihasilkan oleh mekanisme kerja mesin agar temperatur kerja mesin tidak terlampau tinggi.
3.    Pembersih
     Beram yang dihasilkan dari proses gesekan akan terbawa oleh aliran sirkulasi minyak pelumas menuju karter (bak oli) yang nantinya akan


mengendap di bagian bawah karter sehingga beram tidak menyebabkan penyumbatan dan tidak menggangu kinerja mesin.
4.    Pencegah Korosi
     Minyak pelumas sebagai cairan yang melumasi komponen benda juga berfungsi sebagai pelindung agar komponen yang bekerja tidak cepat aus dan zat aditif yang terkandung didalamnnya akan menetralkan bahan yang bersifat korosif.

2.3 Jenis-Jenis Minyak Pelumas
Menurut Sulaeman (2010), Minyak pelumas yang digunakan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
A. Minyak tumbuh-tumbuhan
Minyak tumbuh-tumbuhan diperoleh dengan cara memeras biji atau buah. Pada minyak tumbuh-tumbuhan yang terpenting dalam teknik ialah minyak lobak (rape oil), minyak biji katun dan biji risinus. Contohnya antara lain adalah minyak jarak, minyak kelapa, dan minyak biji kapas. Minyak tumbuh-tumbuhan antara lain digunakan pada pelumas senapan angin. Namun seiring perkembangan zaman minyak tumbuhan sebagai pelumas mulai banyak yang ditinggalkan dan beralih ke pelumas mineral dan sintesis.
B. Minyak hewan
Minyak hewan diperoleh dengan cara merebus atau memeras tulang belulang atau lemak babi. Minyak hewan yang terpenting untuk keperluan teknik ialah minyak tulang dan minyak ikan. Minyak tersebut masing-masing diperoleh dari kaki hewan dan ikan. Minyak tumbuh-tumbuhan dan minyak hewan keduanya mempunyai daya lumas yang baik, oleh sebab itu minyak tersebut dinamakan minyak berlemak. Keburukan dari minyak itu ialah cepat menjadi tengit yang berarti bahwa minyak menjadi cepat rusak. Minyak tumbuh-tumbuhan dan minyak hewan hampir tidak digunakan secara tersendiri sebagai minyak pelumas. Akan tetapi karena daya lumasnya baik sekali maka ditambahkan pada minyak mineral.



C. Minyak mineral
            Minyak mineral diperoleh dengan cara distilasi (penyulingan) minyak bumi secara bertahap. Minyak mineral lebih murah dari pada minyak tumbuh-tumbuhan atau minyak hewan, akan tetapi lebih tahan lama dari kedua macam minyak tersebut. Hanya saja daya lumas dari minyak mineral tidak sebaik minyak tumbuh-tumbuhan dan minyak hewan. Contoh penggunaan minyak mineral antara lain: sebagai pelumas mesin kendaraan bermotor, roda gigi, mesin produksi dan lain sebagainya.
D. Minyak kompon
            Minyak kompon itu adalah campuran antara minyak mineral dengan sedikit minyak tumbuh-tumbuhan atau minyak hewan. Campuran ini mempunyai daya lumas yang lebih sempurna dari pada minyak mineral.

2.4 Macam-Macam Gesekan Pada Sistem Pelumasan
            Gesekan merupakan proses ketika permukaan dua benda saling bersinggungan satu sama lain akibat dari suatu mekaniskme gerakan. Proses gesekan yang terjadi akan menyebabkan keausan pada benda yang bergesekan. Dengan sistem pelumasan maka akan mengurangi tingkat kausan pada benda yang saling bergesekan. Berikut ini beberapa jenis gesekan yang terjadi pada sistem pelumasan:
1.      Gesekan Kering
Gesekan jenis ini terjadi apabila dalam proses gesekan tidak terdapat minyak pelumas, jadi komponen-komponen yang bergerak terjadi kontang atau singgungan secara langsung. Pada gesekan jenis ini mengakibatkan komponen yang bergesekan menjadi cepat panas dan aus sehingga gesekan jenis ini tidak dianjurkan dalam semua peralatan teknik yang bergesekan secara terus menerus.

                                    Gambar 2.1 Contoh Gesekan Kering
Sumber: www.google.com


2.      Gesekan Setengah Kering
Gesekan setengah kering terjadi apabila dua komponen yang saling bersinggungan terdapat sedikit cairan minyak pelumas (gemuk) sedemikian tebalnya, namun sistem pelumasan masih belum merata dan mengakibatkan beberapa bagian masih terjadi gesekan. Dalam gesekan jenis ini masih mengakibatkan tingkat keausan yang cukup tinggi pada beberapa bagian karena ada beberapa bagian yang terjadi gesekan kering dan sebagian terjadi gesekan cair.



Gambar 2.2 Contoh Gesekan Setengah Kering
Sumber: www.google.com

3.      Gesekan Cair
Gesekan cair terjadi apabila dua benda saling bersinggungan dan terdapat bahan pelumas diantara dua benda tersebut, sehingga semua bagian yang bergerak tidak bersinggungan lagi. Dalam gesekan jenis ini tidak ada lagi gesekan kering antar komponen melainkan gesekan antara lapisan bahan pelumas dengan benda yang bergerak. Gesekan jenis ini akan meminimalkan terjadinya tingkat keausan jika minyak pelumas sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.




 Gambar 2.3 Contoh Gesekan Cair
 Sumber: www.google.com

2.5 Bahan Pelumas Mineral
            Berdasarkan penyusun ikatan kimianya pelumas dasar mineral terbagi dari 3 yaitu naftenik, aromatik dan parafinik. Ketiga jenis tersebut tergantung kandungan atom karbon yang terdapat pada pelumas mineral. Menurut ASM Metals Handbook, Vol 18, Friction, Lubrication, Wear Technology Basis minyak mineral biasanya mengandung molekul hidrokarbon yang mengandung 20 sampai 70 atau lebih atom karbon.” Minyak dasar parafin mengandung rantai hidrokarbon jenuh yang banyak, minyak dasar naphthenic berisi lima atau enam cincin siklik jenuh dan minyak dasar aromatik mengandung siklik tak jenuh (aromatik). Pada kenyataannya, tidak ada stok dasar yang tersusun dari tipe struktural tunggal. Sebagai gantinya, minyak mineral mengandung struktur campuran dengan satu atau yang lain mendominasi. Misalkan minyak dasar parafin mengandung ketiga jenis struktur, tetapi struktur parafin hadir dalam jumlah terbesar.
Distribusi relatif dari masing-masing jenis struktur hidrokarbon berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan suhu viskositas dan titik tuang dari minyak mineral dasar. Menurut Mulyono, “untuk mendapatkan fraksi minyak pelumas dasar dari minyak bumi maka diperlukan berbagai macam proses untuk memeperoleh sifat sifat penting dari minyak pelumas hal ini mengingat senyawa hidrokarbon yang ada dalam minyak bumi adalah dalam jumlah yang sangat besar dan sangat komplek. Untuk menghindari hidrokarbon yang mempunyai sifat jelek terhadap pelumas maka diperlukan unit unit proses yang sangat banyak dan saling terintegrasi satu sama lain karena semua unit yang ada adalah penghilangan sifat sifat hidrokarbon yang mempunyai pengaruh jelek terhadap pelumas.”

2.6 Pengolahan Mineral Oil
            Pengolahan mineral oil dimulai dari pengeboran dasar laut untuk mengambil minyak bumi mentah. Kegiatan tersebut dinamakan ekplorasi. Eksplorasi Meliputi kegiatan prospeksi, seismik dan pengeboran (ABB Oil and Gas : 2013). Menurut ASM Metals Handbook, Vol 18, Friction,Lubrication, Wear Technology stok dasar minyak mineral (pelumas mineral) diperoleh dari fraksi minyak mentah, yang mendidih pada suhu yang lebih tinggi dari 340 ° C (645 ° F) melalui serangkaian proses pemisahan. Proses ini meliputi penyulingan vakum, pelarut ekstraksi, dan penghapusan lilin.




Gambar 2.4 Contoh Ekplorasi Minyak Bumi
Sumber: Oil and Gas Production Handbook (2013)                     









Gambar 2.5 Penyulingan Minyak Bumi
Sumber: Hedelin, A. (2013)

Dari proses penyulingan tersebut hanya menghasilkan pelumas mineral murni. Bertindak sebagai pelumas kemampuan pelumas mineral tidak cukup untuk aplikasi modern. Disintesis bahan kimia, yang disebut aditif, dicampur dalam stok dasar, seperti minyak mineral, untuk membantu kinerjanya secara efektif (ASM Metals Handbook, Vol 18, Friction,Lubrication, Wear Technology : 2013).
            Zat Aditif merupakan bahan kimia yang dalam konteks bahan pelumas ini digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas dari bahan pelumas.  Dengan adanya zat aditif ini bahan pelumas bisa ditingkatkan kemampuannya serta akan menjadi berumur panjang. Selain fungsi tersebut pemakain zat aditif untuk bahan pelumas juga digunakan untuk pembuatan bahan pelumas dengan klasifikasi yang diinginkan. Sebagai contoh untuk pelumas mesin pada kendaraan bermotor sekarang ini telah dilengkapi dengan berbagai macam aditif, sehingga sudah tidak memerlukan tambahan aditif lagi. Oli dengan dengan bahan aditif yang komplit harganya lebih mahal, sehingga diharapkan dapat bekerja pada berbagai kondisi. Masing – masing produsen oli mempunyai rahasia sendiri terhadap produknya.





Tabel 2.1 Jenis-Jenis Zat Aditif Bahan Pelumas
Jenis Aditif
Fungsi
Anti Wear dan EP Agen
Mengurangi gesekan dan keausan (cylinder liner, cam followers)
Viscosity Index Improvers
Menjaga kekentalan pada saat temperature tinggi
Detergent
Menjaga permukaan agar bebas dari deposit
Dispersant
Menjaga agar kotoran tidak larut dalam dan tetap melayang di dalam pelumas
Sumber:Darmanto (2011)

2.7 Sifat dan Karakteristik Minyak Pelumas
            Proses pelumasan merupakan aspek penting dalam menjaga kondisi suatu mesin atau benda yang sedang bekerja serta meminimalisir kuausan antara komponen-komponen yang salimg bergesekan serta berperan sebagai pendingin agar kinerja mesin tidak terjadi overheat atau temperatur tinggi yang berlebihan. Jumlah dan sifat minyak pelumas bervariasi dalam penggunaanya tergantung dimana minyak pelumas tersebut digunakan.
            Minyak pelumas memiliki beberapa sifat penting yang dibutuhkan agar mampu melumasi bagian benda dengan baik, sifat-sifat tersebut antara lain:
1.      Low volatility atau tingkat penguapan rendah, terutama ketika kondisi mesin yang dilumasi dalam keadaan bertemperatur tinggi.
2.      Fluiditas atau sifat mengalir suatu minyak pelumas dalam suhu kerja. Sifat mengalir suatu minyak dapat diperbaiki dengan penambahan zat aditif atau viscosity modifers(Pengubah viskositas).
3.      Stability atau waktu periodik pemakaian minyak pelumas. Sifat ini ditentukan oleh temperatur, kontaminasi air, serta oksidasi. Zat aditif yang terdapat pada minyak pelumas juga menentukan umur periode dan kinerja minyak pelumas.
4.      Kompabilitas atau kecocokan antara minyak pelumas dengan benda atau komponen yang ada dalam sistem.
           
            Selain memiliki beberapa sifat diatas, Menurut Novandy (2016)  minyak pelumas juga memiliki beberapa karakteristik yang utama guna mennyesuaikan kualitas minyak pelumas dengan komponen yang akan dilumasi. Karakteristik minyak pelumas yang utama antara lain:
1.      Viskositas
            Viskositas merupakan sifat kekentalan minyak pelumas yang berfungsi untuk menahan laju aliran minyak. Tingkat viskositas sangat berpengaruh terhadap laju kecepatan aliran minyak, semakin kental cairan minyak pelumas maka laju aliran didekat permukaan menjadi lambat atau gaya gesek antara minyak pelumas dengan permukaan benda semakin besar. Viskositas minyak pelumas yaang baik adalah minyak pelumas yang tidak terpengaruh oeh perubahan temperatur. Ukuran tingkat kekentalan minyak menggunakan satuan Redwood seconds, derajat engler, Saybolt Universal Second (SUS), centi Stokes (cSt), dan Viskositas kinetik (SCT). Dalam dunia industri, klasifikasi viskositas disebut dengan istilah Oil Viscosity Grade. Sedangkan dalam bidang otomotif dikenal dengan istilah SAE (Society of Automobile Engineers) dan API (American Potrelum Institute).

Tabel 2.2 Viskositas Menurut Grade SAE
Kode Minyak Pelumas
Keterangan
SAE 10
Sangat encer
SAE 20
Encer
SAE 30 – 40 – 50
Setengah kental
SAE 60 – 70
Kental
Sumber: Murdanto (2017)


Tabel 2.3 Viskositas Mesin Bensin Menurut Grade API
Kode Minyak Pelumas Mesin Bensin
Keterangan
SA
Minyak murni tanpa zat aditif
SB
Digunakan pada mesin operasi ringan yang mengandung anti oksidan
SC
Mengandung detergent/dispersant dan anti oksidan
SD
Digunakan pada mesin temperatur tinggi yang mengandung detergent/dispersant dan anti oksidan
SE
Digunakan pada mesin temperatur sedang yang mengandung lebih banyak detergent/dispersant dan anti oksidan
SF
Tingkat olinya tinggi dengan daya tangan paling baik
Sumber: Mulyawan (2008)

Tabel 2.4 Viskositas Mesin Diesel Menurut Grade API
Kode Minyak Pelumas Mesin Diesel
Keterangan
CA
Digunakan untuk mesin diesel operasi beban ringan dan mengandung detergent/dispersant dan anti oksidan
CB
Digunakan untuk mesin diesel operasi beban sedang dan mengandung detergent/dispersant dan anti oksidan
CC
Digunakan untuk mesin diesel turbo change dan mengandung lebih banyak  detergent/dispersant dan anti oksidan
CD
Digunakan untuk mesin diesel turbo change dengan kandungan sulfur kecil sedangkan detergent/dispersant dan anti oksidan dalam jumlah besar
Sumber: Mulyawan (2008)

2. Indeks Viskositas (IV)
             Indeks viskositas (IV) merupakan angka yang menunjukkan suatu kemampuan minyak pelumas untuk mempertahankan tingkat kekentalannya terhadap perubahan yang diterima oleh minyak pelumas. Semakin tinggi angka pada indeks viskositas maka semakin stabil tingkat kekentalan minyak terhadap perubahan temperatur. Indeks viskositas dipengaruhi oleh sumber minyak mentahnya. Berikut penjelasan tentang indeks viskositas secara umum: temperartur
·         Minyak pelumas yang memiliki range indeks viskositas (SAE 10, SAE 20, dsb.) disebut dengan minyak pelumas single grade.
·         Minyak pelumas yang memiliki range indeks viskositas (SAE 10W-30, SAE 20W-50, dsb)  disebut dengan minyak pelumas multi grade. Kekentalan minyak pelumas multi grade tidak terpengaruh pada perubahan temperatur.
·         Indeks viskositas yang diberi kode “W” (winter) menunjukkan ukuran kekentalan pada temperatur -180°C (0°F). Sebagai contoh minyak pelumas dengan kode SAE 20W-50 artinya minyak pelumas mesin standart SAE 20 pada -180°C (0°F) dan standart oli sampai SAE 50 pada temperatur 99°C (210°F).
3. Titik Nyala ( Flash Point)
                             Titik Nyala atau Flash Point merupakan suatu keadaan dimana minyak pelumas dipanaskan dengan diberi temperatur tinggi pada alat pengujian, sehingga timbul uap dari minyak pelumas yang dapat menyala sebentar apabila diberi nyala api kecil pada uap tersebut. Titik nyala atau flash point ini dapat dijadikan acuan dalam memilih jenis pelumas agar sesuai dengan mesin atau komponen yang akan dilumasi.
4. Netralisasi Nomor (Neutralization Number)
                             Netralisasi Nomor atau Neutralization Number merupakan ukuran keasaman pada minyak pelumas baru. Tingkat keasaman dinyatakan dalam jumlah satuan miligram dari potassium hidroxide yang dibutuhkan untuk menetralkan satu gram minyak pelumas. Pengujian netralisasi nomor ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan asam mineral yang bersifat korosif.
5. Titik Tuang (Pour Point)
     Titik Tuang atau Pour Point  merupakan kekuatan mengalir minyak pelumas pada suhu terendah. Titik tuang minyak pelumas berkisar antara        -15°C – 0°C. Pada suhu tersebut, kekentalan minyak pelumas menjadi meningkat sehingga kehilangan sifat fluiditasnya dan tidak bisa mengalir atau bersirkulasi dalam mesin atau   sistem. Titik tuang atau pour point digunakan untuk mengetahui kebutuhan minyak pelumas yang akan dipakai pada mesin dan disesuaikan dengan suhu kerja disekitar mesin.
6. Tidak Berbusa (Anti-Foaming)
     Tidak berbusa atau anti-foaming merupakan karakteristik minyak pelumas untuk tidak membentuk busa serta mampu memisahkan diri dari udara atau meminimalkan tingkat oksidasi pada minyak pelumas.

2.8 Kerja Minyak Pelumas
            Berikut ini contoh cara kerja dan penerapan minyak pelumas pada bidang teknik mesin:
1.      Pelumasan Mesin Kendaraan
Pelumasan pada mesin mobil yang terjadi saat kondisi normal yaitu,
Minyak pelumas tertampung pada panci oli (karter) yang terletak pada bagian bawah mesin. Dan siklus pelumasan dijalankan oleh pompa oli yang terhububng dengan poros engkol mesin.


Gambar 2.6 Komponen Pelumasan Mesin Mobil
Sumber: www.google.com

·      Ketika mesin start , poros engkol akan memutar pompa oli sehingga terjadi sedotan pada bagian panci oli/karter.
·      Minyak pelumas masuk kedalam pompa melalui inlet valve  dan pada sisi lainnya minyak pelumas ditekan oleh pompa.
·      Minyak Pelumas bertekanan tersebut mengalir melalui jalur minyak pelumas masuk kedalam saringan oli. Didalam saringan, minyak pelumas disaring dari berbagai kotoran dan kerak.
·      Setelah disaring, minyak pelumas kemudian disalurkan melalui oil feed menuju bagian atas mesin.
·      Sampai diatas mesin, minyak pelumas secara otomatis akan melumasi poros cam dan rocker arm selanjutnya minyak pelumas kembali ke carter melalui saluran minyak pelumas disamping blok silinder.

2.      Pelumasan Mesin Bubut
Beberapa bagian yang perlu diberi minyak pelumas pada mesin
bubut antara lain:
a.       Lintasan luncur pada permukaan bed
b.      Carriage
c.       Eretan lintang dan eretan atas
d.      Spindel utama pada kepala lepas beserta batang ulirnya
e.       Gear box
f.       Roda gigi transmisi (Pengubah kecepatan putar)
g.      Roda gigi pengubah kecepatan pemakanan
h.      Lead screw
i.        Feed shaft


Gambar 2.7 Komponen Mesin Bubut
Sumber: www.google.com





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Pelumas merupakan indikator penting dalam sebuah mekanisme kerja pada mesin yang bertujuan untuk meminimalisir tingkat keausan serta menjaga kondisi mesin atau benda yang saling bergesekan. Minyak pelumas terbagi menjadi beberapa jenis yang dibedakan menurut bahan baku dan pengaplikasiannya pada mesin. Pada minyak pelumas juga terdapat berbagai macam standarisasi seperti SAE dan API yang berguna untuk memudahkan pengguna dalam memilih jenis minyak pelumas yang sesuai.

3.2 Saran
            Kesalahan dalam pemilihan minyak pelumas akan berakibat fatal pada mekanisme kerja mesin, sehingga pemilihan minyak pelumas yang sesuai harus diperhatikan secara detail.


DAFTAR RUJUKAN

ABB Oil and Gas. 2013. Oil and Gas Production Handbook. Oslo : Havard Devold
Arisandi, M., Darmanto., Priangkoso, T. 2012. Analisa Pengaruh Bahan Dasar Pelumas Terhadap Viskositas Pelumas dan Konsumsi Bahan Bakar. Jurnal Momentum, (Online), (6) 1: 56-61. (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=134154&val=5635), diakses 1 September 2017.
ASM International. 2013. ASM Metals Handbook Vol 18, Friction, Lubrication and Wear Technology. International : ASM International Handbook Committee.
Darmanto. 2011. Mengenal Pelumas Pada Mesin. Semarang : Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim
Hedelin, A. 2013. Mineral Oil – Origin, Production and Compotition. Eropa : European Petroleum Refiners Association AISBL
Mulyawan, R. Budi. 2008. Studi Kasus Sistem Pelumasan Dan Pengaruhnya Terhadap Sistem Komponen Mesin. Tugas Akhir. Jakarta: Universitas Mercubuana
Mulyono. 2016. Bahan Dasar Minyak Pelumas Mineral ( Base Mineral Oil ). Forum Teknologi Vol 02 No 3
Murdanto, Putut. 2016. Bahan-Bahan Pelumas dan Bahan-Bahan Lain. Modul. Malang: Universitas Negeri Malang.
Novandy, A. 2016. Penentuan Masa Penggantian Pelumas Melalui Monitoring Pelumas, (online), (http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t3_-_Penentuan_Masa_---_Arluky_Novandy.pdf) , diakses 2 September 2017
Parenden, Daniel. 2012. Pengaruh Temperatur Terhadap Viskositas Minyak Pelumas. Jurnal Ilmiah   Mustek Anim Ha Vol.1 No. 3,161­167
Sukirno. 2010. Pelumasan dan Teknologi Pelumas. Catatan Kuliah. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Sulaeman, Yasir. 2010. Pembuatan Pelumas, (Online), (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/132925-T+27786Pembuatan +pelumas-Tinjauan+literatur.pdf), diakses tanggal 1 September      2017




LAMPIRAN
A. Contoh Soal
1. Jelaskan pengertian dan fungsi dari bahan pelumas!
2. Jelaskan macam-macam gesekan pada bidang teknik mesin beserta contohnya!
3. Jelaskan arti kode minyak pelumas 10W-40!
B. Penyelesaian
1. Pelumas adalah zat cair yang digunakan sebagai pelumas dalam suatu mesin untuk diberikan di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek, mengurangi keausan akibat gesekan, dan sebagai pendingin serta peredam suara, akan tetapi suhu yang tinggi pada mesin akan merusak daya lumas.
2. 1. Gesekan Kering
Gesekan jenis ini terjadi apabila dalam proses gesekan tidak terdapat minyak pelumas, jadi komponen-komponen yang bergerak terjadi kontak atau singgungan secara langsung. Pada gesekan jenis ini mengakibatkan komponen yang bergesekan menjadi cepat panas dan aus sehingga gesekan jenis ini tidak dianjurkan dalam semua peralatan teknik yang bergesekan secara terus menerus. Contoh penerapannya yaitu pada rem kendaraan baik rem cakram ataupun rem tromol
2. Gesekan Setengah Kering
Gesekan setengah kering terjadi apabila dua komponen yang saling bersinggungan terdapat sedikit cairan minyak pelumas (gemuk) sedemikian tebalnya, namun sistem pelumasan masih belum merata dan mengakibatkan beberapa bagian masih terjadi gesekan. Dalam gesekan jenis ini masih mengakibatkan tingkat keausan yang cukup tinggi pada beberapa bagian karena ada beberapa bagian yang terjadi gesekan kering dan sebagian terjadi gesekan cair. Contoh penerapannya yaitu pada bearing, ball joint mobil, dll
3.Gesekan Cair
Gesekan cair terjadi apabila dua benda saling bersinggungan dan terdapat bahan pelumas diantara dua benda tersebut, sehingga semua bagian yang


 bergerak tidak bersinggungan lagi. Dalam gesekan jenis ini tidak ada lagi gesekan kering antar komponen melainkan gesekan antara lapisan bahan pelumas dengan benda yang bergerak. Gesekan jenis ini akan meminimalkan terjadinya tingkat keausan jika minyak pelumas sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Contoh penenerapannya yaitu pada pelumasan mesin dan transmisi mobil atau motor
3. Arti kode minyak pelumas 10W-40 yaitu minyak pelumas mesin standart SAE 10 pada -180°C (0°F) dan standart oli sampai SAE 40 pada temperatur 99°C (210°F).
makalah TEKNOLOGI SISTEM PELUMASAN DALAM BIDANG TEKNIK MESIN makalah TEKNOLOGI SISTEM PELUMASAN DALAM BIDANG TEKNIK MESIN Reviewed by Arfa on April 11, 2018 Rating: 5

Post Comments

TERMINOLOGI EVALUASI, PENELITIAN, PENGEMBANGAN, ASESMEN DAN PENGUKURAN DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN

berikut ini adalah contoh makalah evaluasi pendidikan yang membahas tentang, TERMINOLOGI EVALUASI, PENELITIAN, PENGEMBANGAN, ASESMEN DAN PEN...

Diberdayakan oleh Blogger.